Selasa, 13 Januari 2015

[FICLET] Happy New Year, Love!



Cast:
Xi Luhan - Kim Hye Ji (OC)

Maaf reader!! aku baru bisa buka blog hari ini, jadi aku baru bisa share ini sekarang hehe.. Sebenarnya ini udah aku buat semenjak tahun baru kemarin. let's read ya..


January, 2014
Aku membuka akun pribadiku pada situs sekolah, 'Murid baru' itu judul topik yang baru saja dibuat oleh murid lain. "siapa?" aku klik link yang tertera, kubaca artikelnya.
"Sekolah kita mendapat murid pindahan dari Beijing, dia senior kita. tampan dan pintar, kuharap kalian tidak memperebutkannya" bibirku menyungging ketika selesai membacanya. Siapa dia? akan jadi seterkenal itukah senior baruku?

February, 2014
Aku sudah melihat seperti apa senior baruku itu, lebih tepatnya murid pindahan asal Beijing yang 'katanya' tampan.
"kau tidak menyukainya? dia tampan dan pintar" sepertinya sahabatku Soo mulai mengikuti jejak siswi lain yang terobsesi dengan murid asal Beijing itu.
"tidak, aku lebih menyukai Jongdae sunbae"

March, 2014
"3 bulan lagi sekolah akan mengadakan pentas seni, ada perwakilan dari setiap kelas untuk tampil. Kau, jadi perwakilan kelasmu" Guru Shin menunjukku sebagai perwakilan kelas? oh tidak. Aku tidak mempunyai bakat seni.
"kenapa tidak minta bantuan dia saja?"
"dia siapa maksudmu?"
"senior kita yang tampan dan pintar. kudengar dia sangat berbakat dalam seni"
"tidak, tidak. kau gila Soo. Kenapa tidak menyarankanku untuk minta bantuan Jongdae sunbae? pasti dia mau membantu. dia baik hati, tampan, dan tidak kalah pintar, bakatnya juga tidak perlu diragukan, hitung-hitung itu akan memudahkanku untuk dekat dengannya"
"terserahmu saja"

April, 2014
"Apa yang terjadi??" Soo bertanya padaku yang baru saja memasuki kelas dengan isakan tangis.
"Jongdae sunbae digosipkan berpacaran dengan teman sekelasnya hiks"
"yatuhan… lalu bagaimana?"
"aku tidak mau belajar menyanyi lagi dengannya."
"kau sangat kekanakkan! sekarang kau mau terima saranku? meminta bantuan dengan senior itu?"
Aku mengangguk, karena tidak ada pilihan lain.

Mei, 2014
"kau sudah bawa gitar yang kuminta kan?" Seorang pria menghampiriku yang sedang duduk diruang musik sendiri, ya hanya sendiri, sudah setengah jam lebih aku menunggu orang ini.
"sudah" Aku melirik gitar yang ada disebelah kananku diikuti pula dengan lirikannya.
dia mengambil gitar itu dan mulai memainkannya diiringi dengan nyanyian.

I do believe all the love you give
All of the things you do
Love you, Love you….

Oh shit! Soo tolong pukul kepalaku! sepertinya sekarang aku tau kenapa banyak gadis yang begitu menggilainya. suaranya sangat indah, jari-jari tangannya begitu lihai memainkan senar-senar gitar itu.

Juny, 2014
Inilah saatnya tiba aku menunjukkan hasil latihanku yang telah kulakukkan selama tiga bulan. Satu persatu murid perwakilan kelas maju untuk tampil, sampai tiba giliranku. Aku naik keatas panggung membawa gitar milik senior itu, gitar bewarna coklat cerah dengan tulisan mandarin kecil bertuliskan namanya 'LuHan'. Cara dia mengajariku sangat berbeda dengan cara Jongdae sunbae. Jongdae sunbae hanya mengajariku bernyanyi tanpa mengajarkan hal lain, sedangkan dia mengajariku bermain gitar juga sebagai tambahan untuk penampilanku.
"jika kau berhasil, kau harus mentraktirku, ok?" Kalimat yang ia lontarkan sebelum aku naik keatas panggung, tadinya aku berfikir untuk menyetujuinya mengingat aku tidak punya banyak uang jajan, tapi dia sudah membantuku, aku menganggukkan kepala.

July, 2014
Pengumuman pemenang pentas seni bulan lalu sudah ada dimading sekolah, aku melihat urutan pemenang-pemenangnya, disisi kanan dan kiriku sudah ada dia dan Soo.

Juara II

"Aku mendapat juara!!!" teriakku kearah Soo, aku memeluk Soo dengan sangat senang, sepertinya Soo juga merasa senang karena aku mendapat juara. Melepas pelukan dari Soo, aku beralih ke orang yang ada di sebelah kananku dan memeluknya.
Oh tidak! kau bodoh Hye! Aku baru tersadar karena terlalu senang aku memeluknya. dengan cepat aku langsung melepas pelukannya. Jangan berfikiran aku melakukan pelukan romantis seperti difilm! aku hanya memeluknya seperti tadi aku memeluk sahabatku. Aku tidak ingin melakukan hal bodoh disekolah.
Aku berdiri gugup disampingnya, sepertinya dia tau kalau aku salah tingkah saat ini. Aish itu menurunkan derajatku didepannya! Aku diam, Soo senyum-senyum menahan tawa melihatku, dan dia diam. hening.
"Kau tidak lupa janjimu kan? Aku akan menagihnya" dia mengusap ujung kepalaku dengan gemas lalu meninggalkanku berdua dengan Soo. Jantungku berdebar sangat kencang. Soo, tolong aku!!
"Sepertinya kau sudah beralih dari Jongdae sunbae ke Xi Luhan sunbae hahaha" Akhirnya Soo bisa melepas tawanya dan berjalan mendahuluiku yang masih mematung didepan papan pengumuman ini.
"tidak mungkin" Aku merutuki diriku, apa benar yang dikatakan Soo? jika benar, itu seperti sebuah kutukan. Dulu aku mengatakan tidak suka, tapi sekarang aku mulai menyukainya. Aku akan membuktikannya apa benar aku menyukainya?

August, 2014
"kau telat sepuluh menit. kenapa baru membayar janjimu sekarang?" Seorang pria duduk dibangku cafe yang dekat dengan kaca, jadi ia bisa melihat kendaraan berlalu lalang dijalan raya.
"maafkan aku. aku berlari dari depan halte bus sampai sini , berikan jeda untuk mengatur nafas lalu aku akan menjelaskan padamu sunbae"
Lima menit berlalu, aku mengambil air mineral dari tasku, maaf saja aku memang selalu membawa air mineral dalam tasku sekalipun aku akan pergi ke cafe.
"maafkan aku karena baru menepati janjiku. Aku mengumpulkan uang dulu untuk mentraktirmu hehe" sebenarnya sangat malu mengungkapkannya, benar saja dia mentertawaiku.
"kenapa tertawa?"
"kau sangat lucu. kalau begitu simpanlah uangmu, aku yang akan membayarnya"
Terima kasih tuhan, kau mengirimkan orang yang mengerti keadaan dompetku saat ini. Dia mengatakan itu diiringi dengan senyuman, sangat manis. Jantungku berdetak sangat cepat lagi? Sepertinya benar yang dikatakan Soo, aku menyukainya.

September, 2014
"Hye!!!!" Soo berteriak dari ambang pintu lalu berlari kearahku dengan nafas yang tidak beraturan. Ugh.
"ada apa?" Aku meletakkan buku sastra bahasa yang sedang kubaca.
"tadi aku melihat Jungmin meminta bantuan kepada Luhan sunbae untuk mengajarinya bermain gitar…" Soo berbicara saat ia masih mengatur nafasnya.
"lalu?" Mendengar nama Luhan, sepertinya aku mulai tertarik mendengar cerita dari sahabatku ini.
"Luhan sunbae menolaknya hahaha" Soo tertawa seperti orang yang baru melihat musuhnya terjatuh dilubang.
"kenapa dia menolak untuk membantunya?"
"dia bilang dia tidak mau membantu orang yang hanya ingin mendekatinya dengan modus belajar"
"lalu?"
"apa ada kata lain selain kata 'lalu'?"
"ah baiklah, dia bilang apa?"
"setelah ku tanya, dia bilang semenjak masuk kesekolah ini, baru kau saja yang ia terima untuk belajar dengannya. ternyata sangat banyak gadis centil yang mendekatinya."
"begitu ya..." Aku mengangguk faham dengan ceritanya, aku mengambil buku sastraku kembali untuk dibaca.
"ish!! kau bodoh" Soo mengambil buku sastra itu dari tanganku dan langsung meluncurkan buku itu dikepalaku. Soo menyebalkan! aku akan membunuhnya jika isi otakku kosong kembali karena pukulannya.
"Itu sangat bagus. sepertinya Luhan sunbae menyukaimu, hanya kau Hye! kau harus bersyukur disukai dengan pria seperti dia" Soo sepertinya sangat berantusias untuk mendukungku berpacaran dengannya.

October, 2014
Sejak Soo menceritakan itu padaku, perasaanku padanya semakin menjadi. Saat aku bertemu dengannya dikantin, saat dia menyapaku wajahku langsung memerah, sekarang aku selalu lari jika bertemu dengannya dan aku selalu pula mendapat pukulan dari Soo yang katanya aku melakukan tindakan bodoh karena berlari. Soo tidak mengerti rasanya, aku malu!

"Hari ini ulang tahunmu kan?" Seorang pria muncul dari belakangku yang sedang duduk dibangku taman sekolah, aku mengenali suara itu, mataku membulat sempurna, jantungku berdetak kencang lagi tak beraturan mendengar suara itu.
Aku mencoba mengendalikan diriku dan tersenyum ketika menoleh kearahnya.
"bagaimana kau bisa tau sekarang ulang tahunku?"
"sahabatmu yang penggosip itu memberitahuku"
"Soo?"
"eumm"
Rasanya aku ingin membunuh Soo, dia sengaja ingin membuatku malu didepannya dengan wajah merah tomat yang sebentar lagi akan muncul.
"Ayo ikut ke kedai eskrim setelah pulang nanti. aku akan mentraktirmu sebagai hadiah ulang tahun".

November, 2014
"kau makan eskrim saat hari ulang tahunmu kan?!" Soo mengintrogasiku dikelas yang sedang sunyi ini.
"memang kenapa? aku tidak perlu bilang padamu kan?"
"aish kau ini!!"
Soo mengangkat kedua tangannya, kukira dia akan memberiku pukulan untuk yang kesekian kalinya tapi tidak, sepertinya akan ada suatu permintaan darinya.
"berpacaranlah dengannya Hye~" Soo seperti anak anjing yang sedang meminta majikannya untuk mengajak bermain, matanya terus menatapku dengan penuh harapan.
"kau kenapa ingin sekali aku berpacaran dengannya eo?"
"kau kan belum pernah berpacaran! ayolah! dia sangat baik, tampan, pintar, dan dia juga sepertinya menyukaimu"
"kenapa tidak kau saja yang berpacaran dengannya?"
Plakk, baru tadi aku bersyukur tidak dipukul olehnya, tapi sekarang aku terkena pukulannya.
"Mau ku kemanakan Taehyung nanti!"
"ok. bagaimana jika dia tidak menyukaiku atau tidak mengungkapkan perasaannya padaku?"
"Aku yakin dia akan mengungkapkan perasaannya padamu Hye"

December, 2014
Ponselku berbunyi suara tanda ada pesan masuk.
From : Xi Luhan
Tanggal 31 nanti, kau ada acara? ayo kita pergi bersama. temani aku merayakan tahun baru.

Aku sangat senang membaca pesan darinya sampai tanpa sadar aku sudah membalas pesan dengan kalimat yang memalukan diriku, aku membalas.
"Tidak ada. ayo kita rayakan malam tahun baru bersama. aku senang sekali"
Ah aku sangat bodoh! aku harus bagaimana saat bertemu dengannya nanti?
"hilangkan sifat naif mu itu Hye!" tiba-tiba kalimat Soo teringat dikepalaku. Benar, aku harus menghilangkan sifat naifku. Tapi aku sangat malu!

Tanggal 31, dia menjemputku dengan motor sport berwarna hitam, dengan kemeja merah yang ia kenakan ia terlihat sangat tampan malam ini.
Dia mengajakku emmm entah kemana, sebuah sungai yang sepi, hanya ada kami berdua. Memang sedikit takut, karena tempat ini sepi, tapi aku yakin dia bukan orang jahat.
pukul 23.45, sejak tadi kembang api bermunculan dilangit tanpa henti, indah sekali. Kami bisa melihatnya tanpa harus berdesakkan ataupun bising karena berisik.
"Hye~" dia memanggil namaku.
"eumm?" sahutku, mataku terus memandangi kembang api disana.
Aku merasa dia menarik tanganku dengan sangat pelan, aku menyadarinya. Aku mengalihkan pandanganku dari kembang api itu, aku melihat pria disampingku ini dan bergantian melihat jemariku yang sudah bertautan dengan jemarinya. Dia merogoh saku celananya entah apa yang dia ambil. Apa yang akan dia lakukan? Dia mengeluarkan sebuah gelang dari saku celananya, gelang dengan gantungan setengah hati? sepertinya aku tidak bodoh malam ini. hei Soo! keinginanmu akan terwujud.
Dia memasangkan gelang itu ditanganku.
"untukku?" tanyaku padanya, ia mengangguk tersenyum.
"Aku juga memakainya. lihat" dia menunjukkan gelang yang sama dengan gelang yang dipasangkan ditanganku, lebih tepatnya gelang yang dipakainya adalah pasangan gelang yang aku pakai.
dia mengangkat tanganku dan membalik gantungan hati itu.
"disini ada namaku hehe" dia menunjuk namanya sendiri pada gelang yang melingkar ditanganku.
"apa digelangmu ada namaku?"
"tentu saja" dia menunjukkan namaku yang tertera disitu.
pukul 00.00 banyak kembang api yang muncul dilangit bersamaan, semakin memperindah suasana malam ini setelah dia mengungkapkan perasaannya. Aku tersenyum, dia tersenyum.
"selamat tahun baru Hye" ucapnya, dia mengusap puncak kepalaku seperti yang ia lakukan waktu itu.
Aku menatapnya "selamat tahun baru juga senior Xi"

Selasa, 04 November 2014

My Story: Flashback


Before: 1


Kubuka pintu rumahku, sepertinya hari ini tidak ada siapapun dirumah. Tapi aku tidak peduli. Aku langsung menaiki anak tangga setelah mengunci pintu, menuju kamarku. Tempat dimana aku bisa menenangkan diriku, merenungkan sesuatu, berimajinasi, dan mencari solusi. Kamar, tempat terindah.

Aku sudah mengganti seragamku dengan pakaian biasa, setelah membasuh wajah aku merebahkan tubuhku diatas kasur. Memandangi langit-langit kamar yang penuh dengan tempelan bintang-bintang.

Bayang-bayang itu muncul begitu saja dalam benakku, memang tak dapat dipungkiri, aku sedang ingin mengingat semuanya. Aku memejamkan mataku dan mulai mengingat semua yang ada dibenakku saat ini.

Aku ingat pertama kali bertemu Baekhyun, saat itu hari keduaku di SMU. Dia yang duduk tepat dibelakangku sangatlah mudah menyesuaikan diri dengan orang baru disekolah, termasuk denganku. Hari terakhir masa orientasi disekolah waktu itu, kami melaksanakan tes untuk setiap murid yang ingin masuk kebidang-bidang tertentu. Kami memilih bidang yang sama, musik. bahkan saat tes aku tidak bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan pengawas. Kulirikkan mataku kearah kertas yang sudah ia isi dengan jawaban dengan sedikit trik 'mengajak berbicara' agar dia tidak menyadari kalau aku sedang mencontek jawabannya. Bagiku itu adalah masa sangat lucu ketika baru mengenal Baekhyun, aku selalu tertawa mengingat kejadian itu.

Aku juga mengingat pertama kali dia menyatakan perasaannya padaku. Saat itu aku masih sangat lugu, aku tidak bisa menerima siapapun yang menyatakan perasaannya padaku termasuk pernyataannya. Aku bertanya pada ibuku "apa aku boleh berpacaran?" ibuku mengizinkan. Kedua kali Baekhyun menyatakan perasaannya, aku menerimanya. Dan dialah cinta pertamaku.

Aku bukanlah gadis yang mudah terjerat percintaan remaja, aku terlalu menggilai kegiatanku yang selalu mendambakan idola. Waktu itu, satu bulan setelah kami berpacaran. Kurasa dia bisa menerima keadaanku dan kebiasaan burukku yang lebih mementingkan idola ketimbang soal 'hubungan'. Dia mengatakan padaku "aku menyayangimu, walaupun rasa sayangmu hanya untuk idolamu", kalimat romantis pertama yang kuterima, aku sangat senang.

Hari itu, hari ulang tahunku. Dua minggu sebelum hari ulang tahunku, Dia sempat menanyakan apa yang kusukai, dan warna apa yang kusukai, aku menjawabnya. mungkin aneh, aku menyukai semua yang berhubungan dengan idolaku. Dia memberikanku sebuah bantal berbentuk hati bertuliskan nama idolaku. Sebenarnya hadiah itu sangat sederhana, tapi aku mengartikannya dalam. Banyak luka yang terlihat dijari Baekhyun, tergambar sudah bayangan bagaimana susahnya ia menjahit bantal sederhana itu sendirian. Rasa sayang yang besar, baru pertama kali ada laki-laki yang menyayangiku dan menerimaku apa adanya.

Walaupun aku sangat mementingkan idolaku. Hari demi hari aku mulai jarang memikirkan idolaku. Hatiku sudah diambil Baekhyun semua, bahkan tak sedikitpun ia sisakan untuk idolaku. Tapi, aku tetap saja membicarakan tentang idolaku tapi tak seheboh dulu. Hanya sebagai sampul. Aku tidak ingin terlihat sangat sayang dengan Baekhyun, karena aku malu jika teman-temanku tau dan pasti mereka berkata "ternyata kau bisa jatuh cinta juga kepada orang lain?".

Baekhyun sangat aktif dalam kegiatan klub basketnya, sering kali aku mengintip dia dari kejauhan saat sedang bermain basket. Keren, itulah yang terbenak olehku. Harus diakui, Baekhyun memang sangat keren saat memakai baju basket dan berlari lincah menggiring bola basket.

"lihat Byun Baekhyun! kekasihmu disana!" telunjuk temannya, Kim Jongin mengarah padaku.

Semua teman-temannya melihatku, begitu juga dengan Baekhyun. Aku sangat malu, menyebalkan sekali Jongin memberitahu keberadaanku dengan suara yang sangat keras. Benar-benar malu, dibalik dinding, aku langsung tersenyum salah tingkah pada Baekhyun ketika semua mengarahkan pandangannya padaku. Senyum simpul dan sebuah lambaian kecil kudapatkan. Ya, Baekhyun tersenyum padaku dan memberi lambaian kepadaku. Dia tidak merasa malu sama sekali dengan keberadaanku ditempat latihan basket sekolah kami, dia juga tidak malu jika diejek dengan temannya. Itulah Baekhyun, aku menyayanginya. Sebenarnya aku malu mengungkapkannya, tapi memang itulah kebenarannya.

Akhir tahun, dia mengajakku ke namsan tower. Kami tidak keatas tower untuk melihat kembang api yang akan menghiasi langit pukul 00.00 nanti. Dia mengajakku duduk disebuah bangku yang dikawal dengan pohon-pohon berdaun lebat. Malam itu aku sangat gugup, karena baru pertama kali berkencan. Maklum saja, Baekhyun pacar pertamaku. Dia menggenggam tanganku, disitu aku sangat risih, belum pernah ada laki-laki yang memegang tanganku. Dia. Dialah orang pertama yang memegang tanganku seperti ini. menyelinapkan jemarinya dijemariku dan menggenggamnya seakan kita tidak boleh terpisah.
"hei Kim Shira" dia menyebut namaku dan aku menjawab dengan sebuah dengungan dari mulutku "eumm?"
"bisakah kau mencintaiku sepenuhnya?" Baekhyun mulai menatapku dalam-dalam.
"apa maksudnya?" Aku memperlihatkan wajah polosku saat itu, Baekhyun hanya terkekeh lalu kembali berekspresi serius.
"maksudku, jangan terlalu mementingkan idolamu itu! aku sangat merasa iri pada idolamu yang selalu kau dambakan dan kau banggakan. Aku juga ingin seperti mereka yang selalu kau bicarakan setiap hari" begitulah kata Baekhyun, aku hanya tertawa kecil mendengar ungkapannya. Apa dia tidak bisa merasakannya? hei Byun Baekhyun! aku mencintaimu. itulah yang ingin kulontarkan. Tapi mulutku membisu tak bisa mengatakannya, aku hanya terkekeh seperti orang bodoh. Sangat malu rasanya mengungkapkan perasaanku.
"kenapa kau tertawa? aishh aku serius Shira Agashi" Baekhyun mencibirku karena tidak memberi jawaban daritadi.

Aku, membuka ponselku dan menulis sebuah angka pada layarnya "143" sebagai jawabanku padanya. Aku tak bisa menjawabnya sama sekali, sungguh. Mulutku seperti terkunci rapat, padahal aku ingin sekali bilang kalau aku juga mencintainya. Baekhyun mengernyitkan dahinya melihat tiga angka pada layar handphone-ku. Dia tidak mengerti. Sepertinya hanya pecandu internet saja yang mengerti maksud angka itu, tidak untuk orang seperti Baekhyun yang hanya menyalakan komputer untuk bermain game online dan mengerjakan tugas sekolah.
"apa maksudya? akukan meminta jawaban jelas darimu kenapa kau memberi jawaban seperti ini?" protes Baekhyun padaku.
"carilah maksudnya" hanya itu yang dapat kukatakan.

Belum dua menit aku menyuruh dia untuk mencari maksudnya, ia langsung mengambil ponsel yang ada disaku celananya. ia mengetik angka tadi di pencarian. Kulirik sedikit layar ponselnya, sepertinya ia akan mengerti maksudku, karena banyak sekali gambar dengan tulisan I Love You, angka 143 dengan kalimat-kalimat romantis, gambar hati. Baekhyun menoleh kepadaku dan tersenyum lebar, giginya berbaris rapi, putih, bersih, matanya tertutup saat ia tersenyum lebar seperti itu, membuatku ingin tertawa melihatnya. Baekhyun adalah sosok happy virus setelah Chanyeol, itulah yang kuketahui, maka dari itu ia tersenyum bak kuda baru diberi makan oleh majikan. Aku tidak bisa menahan rasa tawaku, aku tertawa lepas melihatnya. Baekhyun mengerti maksudku.

Baekhyun meraih tanganku lagi dan aku kembali gugup. Chu~
Jantungku seperti ingin copot, nafasku tercekat, mataku membulat terkejut. Baekhyun memberi kecupan dipipiku. Pertama kalinya. Sungguh itu pertama kali. Aku sangat terkejut ketika Baekhyun melakukannya. Dia, Baekhyun hanya tersenyum manis disaat aku sedang merasa shock.

Pergi kerestoran bersamanya. Itu kencan kedua kami. Aku memesan satu porsi ikan salmon dan dia memesan makanan lain. Aku memaksanya untuk mencicipi rasa daging ikan salmon itu. Aku menyuapinya satu potongan dan lihat ekspresi wajah Baekhyun! ekspresi yang masam, dia belum pernah makan salmon mentah sebelumnya,ia lebih suka kimchi segar yang baru dibuka dari wadah atau mie ramyun dipanci yang baru saja diangkat dari kompor.

Dan ingatan terakhir, belum lama dilalui. Baekhyun mengatakan bahwa dia menyayangiku untuk yang kesekian kalinya. Senang ketika mendengar kalimat "hei Kim Shira.. aku mencintaimu dan sangat sayang padamu" belum lama ia mengatakan kalimat tersebut, bahkan aku bisa menghitung mundur hari saat ia mengatakan itu dengan jari-jari tanganku. Tapi tiba-tiba aku mendengar cerita seperti itu dari Chanyeol.

Aku membuka kedua mataku, disapa oleh banyak bintang warna-warni dilangit-langit kamar. Hatiku sangat pilu. Air matapun tak bisa kutahan lagi, mereka keluar dari mataku tanpa perintah. Rasanya semua yang telah kami lewati terbakar begitu saja menjadi abu, hanya tinggal menunggu angin untuk membawanya pergi.


new chapter, coming soon...

Senin, 03 November 2014

My Story: What Should I Do?



Semua yang kupertahankan, hancur dalam hitungan menit. Oh tuhan, kenapa ini harus terjadi? apa ini caramu untuk mengajariku agar menjadi kuat? bukan kuat fisik, tapi kuat hati.

Hatiku seperti dihantam batu besar, aku selalu percaya dengannya, Byun Baekhyun. Tapi nyatanya kepercayaanku dibayar dengan penghianatan, kebohongan. Ketika aku merasa takut akan kedatangan orang lain dalam hubungan kita, Baekhyun selalu mengatakan tidak akan terjadi apa-apa.

Dihari yang sangat cerah, bahkan moodku terasa sangat baik siang itu. Aku bertemu dengan Park Chanyeol didepan kelas yang tidak lain adalah teman dekat Baekhyun "kenapa kau tak membalas pesanku waktu itu?" dia mengucapkan pertanyaan itu dari jarak yang cukup jauh dari tempatku berada, aku berjalan mendekatinya dan tertawa kecil sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi.

"benar dia dekat dengan gadis itu?" itulah pertanyaan yang langsung keluar dari mulutku ketika aku mendekatinya.
"eumm.. ayo kita kesana" Chanyeol menyuruhku untuk mengikuti dirinya.

Tepat berada disampingnya, aku mempersiapkan mentalku untuk mendengar semua cerita dari Chanyeol yang pasti kuanggap itu adalah fakta.
"sebenarnya dia sangat dekat dengan gadis itu, bahkan aku tidak sengaja membaca pesan gadis itu dengan Baekhyun..." Chanyeol menarik nafas dalam-dalam sebelum dia melanjutkan ceritanya, itu membuatku sangat tidak sabar mendengar kelanjutannya
"Lalu??" Aku mulai menahan rasa emosiku, hatiku sudah sangat sesak mendengar kata 'sangat dekat'.
"dalam pesannya aku membaca Baekhyun mengatakan 'saranghae' lalu dibalas dengan kalimat 'nado saranghae'" sambungnya.

Apa yang Chanyeol katakan tadi? saranghae? nado saranghae? hatiku sangat sesak, rasanya susah sekali menghirup oksigen yang ada. Aku merasa aku seperti permen karet yang hanya dimakan ketika manis dan dibuang setelah rasa manisnya hilang. Tapi rasanya begitu tidak percaya, Baekhyun baru beberapa hari ini mengatakan bahwa ia menyayangiku, tapi ternyata dia mengucapkan kata-kata 'saranghae' kepada gadis lain. Kata-kata yang selalu ia ucapkan ketika jelang tidur kepadaku, ternyata sampai juga untuk gadis lain.

Aku rasa aku tidak ingin mendengar apapun lagi dari Chanyeol. aku bergegas pergi, mempercepat langkahku kedepan pintu gerbang sekolah, yang aku butuhkan hanya tempat untuk aku menenangkan fikiranku saat ini. aku sudah tidak bisa membendung air mata lagi. Sakit hati, itulah yang kurasakan.

Kakiku terasa sangat lemas, berkali-kali aku hampir terjatuh karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhku. Aku sudah sampai ditempat penyebrangan, kulangkahkan kakiku tanpa melihat rambu tanda pejalan kaki sudah boleh jalan atau belum, aku terus saja berjalan tidak melihat kanan-kiriku ada mobil atau tidak.

Aku menghentikan langkahku ditengah jalan raya, aku terfikir akan perkataan Chanyeol tadi, kakiku terasa kaku tidak bisa bergerak mungkin karena perasaanku yang sangat buruk saat ini. Bukannya berusaha jalan, tapi aku malah menangis ditengah jalan seperti gadis-gadis dirama saja. Aku memang selalu mencibir tingkah gadis yang ada didrama, saat mereka merasakan sakit hati mereka selalu terjatuh lemas ditengah jalan dan menangis hebat hanya karena cinta. Ternyata itulah yang sedang kurasakan, beginilah rasanya sakit hati karena cinta, memang benar rasanya tubuh tidak punya tenaga, otakpun tidak berfungsi untuk berfikir.

Teriakan orang-orang menyuruhku pergi dari tengah jalan tidak kuhiraukan, aku hanya ingin menangis tanpa melakukan hal lain sekarang, klakson mobil saling sahut-sahutan memberi tanda bahwa aku harus segera menyingkir dari jalan, tapi aku masah bodoh dengan suara klakson mobil itu, bahkan aku berharap ada mobil yang menabrakku.

Kutengok sebelah kananku dan kulihat disana ada mobil yang melaju dengan sangat cepat, aku memejamkan mataku, aku harap mobil itu segera menabrakku sekarang juga karena aku tidak bisa berfikir apapun saat ini.
Tiinnnnn!!!
Brukk!!

Tubuhku terasa sangat sakit ketika tubuhku menghantam aspal dipinggir jalan, seseorang mendorongku ketepi jalan, orang itupun ikut tersungkur diatas aspal. Kulihat lengannya luka-luka karena beradu dengan kerasnya semen jalanan ini, sama denganku, tanganku juga terluka-luka.
"kau gila! kau ingin mati hah?" kata orang itu dengan ketusnya dan wajah jengkel karena kelakuanku tadi.

Aku tidak menjawab pertanyaan orang itu, aku membangunkan diriku dan berjalan meninggalkan orang itu, tak sempat kukatakan terima kasih dan maaf, sangat malas mengatakannya dengan keadaanku yang seperti ini.

Air mataku sudah mulai berhenti, hanya isakan saja yang terdengar daritadi. Aku mencoba menenangkan diriku, dan menstabilkan emosiku. Aku berfikir kenapa aku bisa melakukan hal bodoh seperti tadi? berdiri ditengah jalan raya dan berharap ada mobil yang menabrakku. hanya karena patah hati, karena seorang Byun Baekhyun yang memberikan kekecewaan besar aku merelakan nyawaku hilang hari ini juga.

Setelah difikir-fikir, umurku masih sangat muda dan masa depanku masih panjang. Tak apa jika dia menyakitiku, toh pasti dia akan mendapat ganjarannya bukan? ia akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini.

Aku juga memikirkan, siapa yang harus aku benci? gadis yang mendekati Baekhyun? atau Byun Baekhyun yang harus kubenci? atau aku harus memberi maaf kepada mereka? Apa yang harus kulakukan??


Minggu, 02 November 2014

Zaman Tiga Negara (Three Kingdoms)


Halo semua!!!

Ada yang suka main Dinasty Warrior?? kalau ada, pasti tau dong karakter digame tersebut.
game buatan Koei ini emang jadi salah satu game favorite admin haha.. ternyata semua karakter digame ini beneran ada dan nyata emang ada kisahnya.
selain seru, game ini juga jadi nimbulin rasa ingin tau kita seperti apasih zaman tiga negara itu.

Ini sedikit kisah tiga negara yang udah admin telusuri di wikipedia.


Apa itu tiga negara??

Kisah Tiga Negara (三國演義: sānguó yǎnyì) adalah sebuah roman berlatar-belakang sejarah dari zaman Dinasti Han dan Tiga Negara. Di kalangan Tionghoa di Indonesia, kisah ini dikenal dengan nama Samkok yang merupakan dialek Hokkian dari sanguo atau tiga negara.
Sering orang salah kaprah akan perbedaan Kisah Tiga Negara atau Kisah Tiga Kerajaan mengingat terjemahan bahasa Inggris dari roman ini adalah Romance of the Three Kingdoms, namun pada sebenarnya, yang tepat adalah Kisah Tiga Negara mengingat pada klimaks roman ini, ketiga pemimpin yang bertikai; Cao Cao (negeri Wei), Liu Bei (negeri Shu) dan Sun Quan (negeri Wu) masing-masing telah memaklumatkan diri sebagai kaisar dan mengklaim legitimasi sebagai kekaisaran yang mewarisi Dinasti Han yang telah runtuh.
Apasih Dinasti Han?? Kenapa bisa runtuh??
Dinasti Han  adalah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Tiongkok sepanjang sejarahnya. Dinasti ini adalah yang meletakkan dasar-dasar nasionalitas Cina mewarisi penyatuan Cina dari dinasti sebelumnya, Dinasti Qin. Dinasti Han sendiri didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memenangkan perang saudara dengan saingannya, Xiang Yu. Dinasti Han merupakan salah satu dinasti terkuat di Tiongkok, dan karena pengaruhnya yang besar, etnis-etnis mayoritas di Tiongkok sekarang ini menyebut mereka orang Han (biarpun mungkin nenek moyang mereka bukan dari etnis Han).
Dinasti Han mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa yang tidak cakap memerintah dan pembusukan di dalam birokrasi pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani pecah sebagai bentuk ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Namun ketidakmampuan kaisar lebih parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan mereka. Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah masa yang didominasi oleh pemerintahan kasim.
Sejak Kaisar Hedi, kaisar-kaisar selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini menyebabkan tidak ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan dijalankan oleh kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya yang kemudian melakukan kudeta untuk menyingkirkan kaisar yang tengah beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ini menyebabkan lingkaran setan yang kemudian makin memperburuk situasi Dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han muncul pemberontakan selendang kuning atau yang lebih dikenal dengan Pemberontakan Sorban Kuning, yang dipimpin oleh Zhang Jiao beserta antek-anteknya mereka menduduki wilayah Yu Zhou, Xu Zhou, Yan Zhou. Tepatnya dulu menduduki kota-kota Ping Yuan, Wan, Xu Chang, Ye, Xiao Pei, Shou Chun. Untuk menumpas pemberontakan yang muncul maka pemerintah dinasti Han menobatkan He Jin sebagai Jendral besar sekaligus perdana menteri. Selama kurang lebih 8 tahun, He jin masih tidak dapat menumpas pemberontakan.
Pembagian administrasi (prefektur) di penghujung Dinasti Han.

Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta. Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo untuk kembali ke ibu kota Luoyang untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para menteri di dalam istana.
Yuan Shao kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan pembunuhan sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan adiknya Liu Xie ke luar istana. Dong Zhuo mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan menteri tadi dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah pengaturannya, Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengontrol kekuasaan kekaisaran di Tiongkok dengan membatasi wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu Bu untuk membunuh ayah angkatnya, Ding Yuan dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat diri sendiri. Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi wewenang para menteri dan memusatkan kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi diturunkan dari tahta untuk kemudian digantikan oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah untuk melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa hasil 11 batalyon militer beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna menumbangkan rezim Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang kemudian dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur. Dong Zhuo merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi, membumi-hanguskan dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar Xiandi dan memindahkan ibu kota ke Chang'an.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari jenderal lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka berdua. Aliansi ini kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan kelalimannya di Chang'an.
Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana bernama Wang Yun bersama Lu Bu menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan bawahan Dong Zhuo, Li Jue menyerang istana dan membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.

Apa yang terjadi setelah itu??
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Lalu...
Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang paling pesat dan menyebabkan peperangan di antara mereka tidak dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu, lalu Lu Bu pada tahun 198 serta Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200, Yuan Shao memulai ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian memutuskan untuk memimpin sendiri kampanye militer ke selatan dan berpangkalan di Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye defensif. Di sini, kekuatan di antara mereka berimbang selama setengah tahun sampai akhirnya Cao Cao melakukan serangan mendadak dan memusnahkan seluruh persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur karena moral prajurit yang rendah setelah kekalahan yang menentukan itu. Ini adalah peperangan Guandu yang terkenal itu.
Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba melakukan serangan kepada Cao Cao namun gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan Yuan Shang. Cao Cao mengambil kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan membunuh Yuan Tan. Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas nasihat Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya. Yuan Shang dalam pelariannya mencari perlindungan kemudian dibunuh oleh Gongsun Kang yang takut diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.
Tahun 207, Cao Cao secara resmi mempersatukan wilayah utara Tiongkok dan merencanakan ekspansi ke wilayah selatan.

Kampanye militer, peperangan Chibi dan kedudukan prefektur Yizhou Liu Bei..

Tahun 208, Cao Cao melakukan kampanye militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang saat itu dikuasai oleh Liu Biao. Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao tiba. Liu Zong, anak Liu Biao yang menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei yang saat itu berlindung kepada Liu Biao melarikan diri ke Jiangling, namun berhasil dipukul mundur lebih lanjut ke Xiakou.
Sun Quan mengutus penasihatnya Lu Su mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang kemudian mewakili Liu Bei mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan. Aliansi Sun-Liu terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao. Zhou Yu dan Cheng Pu memimpin tentara Sun dan berhasil memukul mundur tentara Cao Cao dengan strategi api. Peperangan berlokasi di daerah Chibi dan terkenal sebagai pertempuran Chibi.
karakter chibi ditebing merah disungai panjang

Cao Cao yang kalah perang kemudian mengalihkan perhatian ke wilayah barat. Cao Cao menyerang Hanzhong yang dikuasai Zhang Lu. Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan pada tahun 211 karena takut menjadi target Cao Cao selanjutnya. Ma Chao yang memimpin perlawanan ini dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri. Setelah tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai seluruh wilayah utara dan barat Tiongkok.
Kemenangan aliansi Sun-Liu membuahkan perpecahan di antara mereka. Mereka mulai memperebutkan Jingzhou yang ditinggalkan Cao Cao. Perebutan ini dimenangkan oleh Sun Quan, yang melakukan serangan militer ke selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu. Zhou Yu berencana melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur Yizhou yang dikuasai Liu Zhang, namun ia meninggal dalam perjalanan. Lu Su yang menggantikannya menghentikan rencana ini dan meminjamkan Jingzhou kepada Liu Bei untuk pangkalan militer sementara untuk menahan kemungkinan serangan Cao Cao.
Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu Bei untuk membantu Yizhou melawan kemungkinan ekspansi Cao Cao bila berhasil menduduki Hanzhong. Liu Bei berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu menduduki Chengdu dan memaksa Liu Zhang menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.

Berdirinya Tiga Negara...
Tahun 216, Cao Cao mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei menyerang Hanzhong yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari dalam dan kampanye militer Sun Quan di wilayah tengah menyebabkan Cao Cao terpaksa harus mundur dari Hanzhong. Liu Bei juga mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219.
Tahun yang sama, Guan Yu memimpin pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan serangan dari belakang secara mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lu Meng. Tahun 220, Cao Cao meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Cao Pi. Cao Pi memaksa Kaisar Xiandi menyerahkan tahta kekaisaran lalu mendirikan Negara Wei dan bertahta dengan gelar Wendi. Setahun kemudian, Liu Bei yang mendukung kelanjutan Dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar dengan gelar Zhaoliedi.
Sun Quan menyatakan tunduk kepada Wei dan diangkat sebagai Raja Wu oleh Cao Pi. Tahun 221 juga, Liu Bei menyerang Sun Quan dengan tujuan membalaskan dendam Guan Yu, namun berhasil dipukul mundur oleh Lu Xun dan meninggal pada tahun 223. Liu Chan kemudian menggantikan sang ayah menjadi kaisar dengan gelar Xiaohuaidi. Sepeninggal Liu Bei, Sun Quan kembali bersekutu dengan Liu Chan untuk menahan pengaruh Cao Cao. Tiga negara resmi berdiri dan tidak akan ada satupun negara dapat menaklukkan negara lainnya selama kurun waktu 40 tahun.

Tokoh-tokoh pada zaman tiga negara...
Tokoh dari penghujung Dinasti Han antara lain Kaisar Xiandi,Dong Zhuo, Yuan Shao, Liu Biao, Gongsun Zan, dan Lu Bu, sementara tokoh dari kerajaan Cao Wei antara lain Cao Cao, Cao Pi, Sima Yi, Sima Zhao, Xiahou Dun, Xiahou Yuan, Zhang Liao, Zhang He,Dian Wei, Xu Chu, dan lain-lain.
Kemudian dari Dong Wu ada keluarga Sun: Sun Jian, Sun Ce, Sun Quan, kemudian Zhou Yu, Zhuge Jin, Lu Meng, Lu Xun, Huang Gai, Gan Ning, dan Zhou Tai. Terakhir, dari kerajaan Shu Han ada tiga bersaudara Liu Bei,Guan Yu, Zhang Fei, lalu penasihat militer Zhuge Liang, Pang Tong, Jiang Wei, dan jenderal Zhao Yun, Ma Chao dan Huang Zhong.

fufufu.. selesai juga ceritanya..
setelah baca cerita tadi, pasti kalian nemuin nama tokoh jagoan kalian digame Dinasty Warrior, juga pasti nemu nama nama baru yang belum kalian tau.. gimana perasaannya abis baca ini? haha, ternyata game buatan Koei itu selain ngehibur bisa nambah pengetahuan juga ya. penasaran gak kayak gimana sih tokoh jagoan kalian?? di pos selanjutnya mungkin admin bakal buat profile tentang tokoh-tokoh tersebut..
ditunggu ya^^
terima kasih semua!!

Sabtu, 01 November 2014

[Drabble Fiction] Don't Worry


Kim Jong Dae (Exo Chen) - Kim Shira (oc)


"hi babe.. she's just ask about him. don't worry... i love you"


Sudah beberapa hari ini simpang siur berita tentang Jongdae terdengar ditelinganya. Apa yang sebenarnya terjadi? beritanya sangat membuat Shira merasa sesak. seorang gadis tepatnya Junior mereka disekolah dirumorkan dekat dengan Jongdae. padahal semua tau mereka telah berpacaran sejak lama, tapi kenapa bisa ada berita seperti itu? Ditambah, akhir-akhir ini sikap Jongdae terhadap Shira sedikit dingin membuatnya semakin berfikir macam-macam.

Hari minggu ini, harus menjadi hari kejelasan dimana semua rasa buruk sangka atau salah faham berakhir. Shira mengirim pesan singkat kepada kekasihnya, memintanya untuk bertemu ditaman dan membicarakan semua.

"Bisakah kau jelaskan semua?" Shira membuka mulut untuk pertama kalinya saat ditaman dekat sekolah mereka tepatnya ia berada dibelakang Jongdae "apa maksudmu?", Shira mengambil nafasnya dengan berat, apa katanya? maksud? apa Jongdae tidak tau? pura pura tidak tau? atau apa? "kumohon.. aku tidak ingin mendengar orang lain selain darimu" Shira memejamkan matanya, menahan air mata yang sejak tadi ingin tumpah dari matanya.

Jongdae membalikkan badannya menghadap Shira, memegang kedua bahu Shira dan bertanya "lihat diriku. apa yang sedang kau fikirkan?". Shira membuka kedua matanya, membiarkan kedua matanya melihat Jongdae. Matanya sudah penuh berbulir-bulir air mata, ia tetap berusaha melihat Jongdae dengan jelas.

"banyak orang yang berkata kau sangat dekat dengan gadis itu..." ucap Shira dengan isakan.

"jadi, kau memikirkan hal itu?" tanya Jongdae yang hanya dibalas dengan anggukkan dari Shira.

Jongdae tersenyum melihat Shira yang sepertinya begitu cemburu, ia mengacak-acak kecil rambut Shira dengan gemas dan berkata lagi "kau tidak ingat? aku pernah mengatakan aku tidak akan melakukan hal bodoh dalam hubungan kita, dan aku pernah mengatakan kalau aku mencintaimu", Shira mengangguk untuk kedua kalinya, ia merasa ia belum bisa mengucapkan satu kalimatpun karna masih terisak menangis.

"tapi......." satu kata baru keluar dari mulut Shira, Jongdae sudah mengangkat sebelah alisnya 

"tapi apa?" Jongdae menyambung kalimatnya dengan pertanyaan.

"kenapa kau terlalu dekat dengannya?" tanya Shira

"dia hanya menanyakan tentang temanku. dia menyukai temanku. kau tak usah khawatir" jawab Jongdae

ada pertanyaan yang ingin Shira tanyakan lagi, tapi ia tidak mengingatnya "lalu kenapa sikapmu sangat dingin padaku?" tanyanya setelah memandangi langit untuk mengingat pertanyaan itu

"a~ kau lupa sebentar lagi hari ulang tahunmu? jadi aku ingin memberi kejutan. tapi diluar dugaan, kejutanku gagal sebelum waktunya."

Shira memperlihatkan wajah lugunya mendengar jawaban Jongdae, seperti menyesal karna membuat rencananya gagal dan takut tidak mendapat kejutan lagi "benarkah?"

"eumm" Jongdae mengangguk meyakinkan Shira dengan wajah sedikit serius

"itu artinya? aku tidak akan mendapat kejutan darimu saat hari ulang tahunku?" Shira menundukkan wajahnya, melihatnya seperti itu Jongdae terfikir untuk menjahilinya "mungkin. karna rencanaku sudah digagalkan, jadi aku kehabisan strategi untuk membuat kejutan untukmu" Jongdae melepas tangannya dari bahu Shira dan membelakanginya.

"YA! oppa!" Shira memegang lengan Jongdae dengan ekspresi wajah yang takut, Jongdae menoleh kebelakang lalu tersenyum puas hanya dalam waktu singkat ia berhasil menjahilinya

"hahaha tenanglah.. aku mempunyai kejutan untuk ulang tahunmu nanti" Jongdae kembali menghadap kedepan Shira, "benarkah?" lagi-lagi Shira memperlihatkan wajah lugunya, membuat ia semakin gemas dengan gadis ini, ia mengacak-acak rambut Shira menjadi lebih berantakkan dari sebelumnya "tentu saja".

"sebagai perminta maafanku karna membuatmu menangis. ayo kita berkencan?" Jongdae mengulurkan tangannya dan mulai menggenggam tangan Shira.

"ayo!" kini wajah Shira kembali dihiasi dengan senyuman yang manis. Sekarang ia tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, karna ia sudah mendengarnya sendiri dari Jongdae. Jongdae menyayanginya, tidak mungkin melakukan hal yang bodoh.

-End-

[Drabble Fiction] Waiting A Message



Aku tidak berharap banyak siang ini, aku hanya berharap ponselku berbunyi dan mendapat pesan dari seseorang. Walaupun hanya sekedar berkata “halo” rasanya tidak apa apa, yang terpenting adalah ia menghubungiku sekarang. Aku terus mengganti posisi tubuhku diatas kasur, menghadap kekanan- menghadap kekiri dan berkali-kali menekan tombol pada ponselku. “cepatlah.. kirim pesan padaku” mulutku terus berkomat-kamit berharap ponselku memunculkan pemberitahuan ada sebuah pesan dilayarnya. Aku mengubah posisiku yang tadi tidur sekarang menjadi duduk, aku tak pernah merasa sangat frustasi seperti ini hanya karna menunggu sebuah pesan. Aku sudah mulai menyerah dengan penantian ini, aku meletakkan ponselku diatas meja yang tepat ada disamping tempat tidurku dan aku kembali merebahkan tubuhku.. ting... aku sangat mengenal suara itu, suara pemberitahuan dari ponselku, dengan cepat aku mengambil ponsel yang baru saja kuletakkan –satu pesan- “yeahh” sebuah senyuman mulai terukir diwajahku ketika ku membuka pesan tersebut

“Halo,, maaf karna baru menghubungimu”.

-End-