Selasa, 04 November 2014

My Story: Flashback


Before: 1


Kubuka pintu rumahku, sepertinya hari ini tidak ada siapapun dirumah. Tapi aku tidak peduli. Aku langsung menaiki anak tangga setelah mengunci pintu, menuju kamarku. Tempat dimana aku bisa menenangkan diriku, merenungkan sesuatu, berimajinasi, dan mencari solusi. Kamar, tempat terindah.

Aku sudah mengganti seragamku dengan pakaian biasa, setelah membasuh wajah aku merebahkan tubuhku diatas kasur. Memandangi langit-langit kamar yang penuh dengan tempelan bintang-bintang.

Bayang-bayang itu muncul begitu saja dalam benakku, memang tak dapat dipungkiri, aku sedang ingin mengingat semuanya. Aku memejamkan mataku dan mulai mengingat semua yang ada dibenakku saat ini.

Aku ingat pertama kali bertemu Baekhyun, saat itu hari keduaku di SMU. Dia yang duduk tepat dibelakangku sangatlah mudah menyesuaikan diri dengan orang baru disekolah, termasuk denganku. Hari terakhir masa orientasi disekolah waktu itu, kami melaksanakan tes untuk setiap murid yang ingin masuk kebidang-bidang tertentu. Kami memilih bidang yang sama, musik. bahkan saat tes aku tidak bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan pengawas. Kulirikkan mataku kearah kertas yang sudah ia isi dengan jawaban dengan sedikit trik 'mengajak berbicara' agar dia tidak menyadari kalau aku sedang mencontek jawabannya. Bagiku itu adalah masa sangat lucu ketika baru mengenal Baekhyun, aku selalu tertawa mengingat kejadian itu.

Aku juga mengingat pertama kali dia menyatakan perasaannya padaku. Saat itu aku masih sangat lugu, aku tidak bisa menerima siapapun yang menyatakan perasaannya padaku termasuk pernyataannya. Aku bertanya pada ibuku "apa aku boleh berpacaran?" ibuku mengizinkan. Kedua kali Baekhyun menyatakan perasaannya, aku menerimanya. Dan dialah cinta pertamaku.

Aku bukanlah gadis yang mudah terjerat percintaan remaja, aku terlalu menggilai kegiatanku yang selalu mendambakan idola. Waktu itu, satu bulan setelah kami berpacaran. Kurasa dia bisa menerima keadaanku dan kebiasaan burukku yang lebih mementingkan idola ketimbang soal 'hubungan'. Dia mengatakan padaku "aku menyayangimu, walaupun rasa sayangmu hanya untuk idolamu", kalimat romantis pertama yang kuterima, aku sangat senang.

Hari itu, hari ulang tahunku. Dua minggu sebelum hari ulang tahunku, Dia sempat menanyakan apa yang kusukai, dan warna apa yang kusukai, aku menjawabnya. mungkin aneh, aku menyukai semua yang berhubungan dengan idolaku. Dia memberikanku sebuah bantal berbentuk hati bertuliskan nama idolaku. Sebenarnya hadiah itu sangat sederhana, tapi aku mengartikannya dalam. Banyak luka yang terlihat dijari Baekhyun, tergambar sudah bayangan bagaimana susahnya ia menjahit bantal sederhana itu sendirian. Rasa sayang yang besar, baru pertama kali ada laki-laki yang menyayangiku dan menerimaku apa adanya.

Walaupun aku sangat mementingkan idolaku. Hari demi hari aku mulai jarang memikirkan idolaku. Hatiku sudah diambil Baekhyun semua, bahkan tak sedikitpun ia sisakan untuk idolaku. Tapi, aku tetap saja membicarakan tentang idolaku tapi tak seheboh dulu. Hanya sebagai sampul. Aku tidak ingin terlihat sangat sayang dengan Baekhyun, karena aku malu jika teman-temanku tau dan pasti mereka berkata "ternyata kau bisa jatuh cinta juga kepada orang lain?".

Baekhyun sangat aktif dalam kegiatan klub basketnya, sering kali aku mengintip dia dari kejauhan saat sedang bermain basket. Keren, itulah yang terbenak olehku. Harus diakui, Baekhyun memang sangat keren saat memakai baju basket dan berlari lincah menggiring bola basket.

"lihat Byun Baekhyun! kekasihmu disana!" telunjuk temannya, Kim Jongin mengarah padaku.

Semua teman-temannya melihatku, begitu juga dengan Baekhyun. Aku sangat malu, menyebalkan sekali Jongin memberitahu keberadaanku dengan suara yang sangat keras. Benar-benar malu, dibalik dinding, aku langsung tersenyum salah tingkah pada Baekhyun ketika semua mengarahkan pandangannya padaku. Senyum simpul dan sebuah lambaian kecil kudapatkan. Ya, Baekhyun tersenyum padaku dan memberi lambaian kepadaku. Dia tidak merasa malu sama sekali dengan keberadaanku ditempat latihan basket sekolah kami, dia juga tidak malu jika diejek dengan temannya. Itulah Baekhyun, aku menyayanginya. Sebenarnya aku malu mengungkapkannya, tapi memang itulah kebenarannya.

Akhir tahun, dia mengajakku ke namsan tower. Kami tidak keatas tower untuk melihat kembang api yang akan menghiasi langit pukul 00.00 nanti. Dia mengajakku duduk disebuah bangku yang dikawal dengan pohon-pohon berdaun lebat. Malam itu aku sangat gugup, karena baru pertama kali berkencan. Maklum saja, Baekhyun pacar pertamaku. Dia menggenggam tanganku, disitu aku sangat risih, belum pernah ada laki-laki yang memegang tanganku. Dia. Dialah orang pertama yang memegang tanganku seperti ini. menyelinapkan jemarinya dijemariku dan menggenggamnya seakan kita tidak boleh terpisah.
"hei Kim Shira" dia menyebut namaku dan aku menjawab dengan sebuah dengungan dari mulutku "eumm?"
"bisakah kau mencintaiku sepenuhnya?" Baekhyun mulai menatapku dalam-dalam.
"apa maksudnya?" Aku memperlihatkan wajah polosku saat itu, Baekhyun hanya terkekeh lalu kembali berekspresi serius.
"maksudku, jangan terlalu mementingkan idolamu itu! aku sangat merasa iri pada idolamu yang selalu kau dambakan dan kau banggakan. Aku juga ingin seperti mereka yang selalu kau bicarakan setiap hari" begitulah kata Baekhyun, aku hanya tertawa kecil mendengar ungkapannya. Apa dia tidak bisa merasakannya? hei Byun Baekhyun! aku mencintaimu. itulah yang ingin kulontarkan. Tapi mulutku membisu tak bisa mengatakannya, aku hanya terkekeh seperti orang bodoh. Sangat malu rasanya mengungkapkan perasaanku.
"kenapa kau tertawa? aishh aku serius Shira Agashi" Baekhyun mencibirku karena tidak memberi jawaban daritadi.

Aku, membuka ponselku dan menulis sebuah angka pada layarnya "143" sebagai jawabanku padanya. Aku tak bisa menjawabnya sama sekali, sungguh. Mulutku seperti terkunci rapat, padahal aku ingin sekali bilang kalau aku juga mencintainya. Baekhyun mengernyitkan dahinya melihat tiga angka pada layar handphone-ku. Dia tidak mengerti. Sepertinya hanya pecandu internet saja yang mengerti maksud angka itu, tidak untuk orang seperti Baekhyun yang hanya menyalakan komputer untuk bermain game online dan mengerjakan tugas sekolah.
"apa maksudya? akukan meminta jawaban jelas darimu kenapa kau memberi jawaban seperti ini?" protes Baekhyun padaku.
"carilah maksudnya" hanya itu yang dapat kukatakan.

Belum dua menit aku menyuruh dia untuk mencari maksudnya, ia langsung mengambil ponsel yang ada disaku celananya. ia mengetik angka tadi di pencarian. Kulirik sedikit layar ponselnya, sepertinya ia akan mengerti maksudku, karena banyak sekali gambar dengan tulisan I Love You, angka 143 dengan kalimat-kalimat romantis, gambar hati. Baekhyun menoleh kepadaku dan tersenyum lebar, giginya berbaris rapi, putih, bersih, matanya tertutup saat ia tersenyum lebar seperti itu, membuatku ingin tertawa melihatnya. Baekhyun adalah sosok happy virus setelah Chanyeol, itulah yang kuketahui, maka dari itu ia tersenyum bak kuda baru diberi makan oleh majikan. Aku tidak bisa menahan rasa tawaku, aku tertawa lepas melihatnya. Baekhyun mengerti maksudku.

Baekhyun meraih tanganku lagi dan aku kembali gugup. Chu~
Jantungku seperti ingin copot, nafasku tercekat, mataku membulat terkejut. Baekhyun memberi kecupan dipipiku. Pertama kalinya. Sungguh itu pertama kali. Aku sangat terkejut ketika Baekhyun melakukannya. Dia, Baekhyun hanya tersenyum manis disaat aku sedang merasa shock.

Pergi kerestoran bersamanya. Itu kencan kedua kami. Aku memesan satu porsi ikan salmon dan dia memesan makanan lain. Aku memaksanya untuk mencicipi rasa daging ikan salmon itu. Aku menyuapinya satu potongan dan lihat ekspresi wajah Baekhyun! ekspresi yang masam, dia belum pernah makan salmon mentah sebelumnya,ia lebih suka kimchi segar yang baru dibuka dari wadah atau mie ramyun dipanci yang baru saja diangkat dari kompor.

Dan ingatan terakhir, belum lama dilalui. Baekhyun mengatakan bahwa dia menyayangiku untuk yang kesekian kalinya. Senang ketika mendengar kalimat "hei Kim Shira.. aku mencintaimu dan sangat sayang padamu" belum lama ia mengatakan kalimat tersebut, bahkan aku bisa menghitung mundur hari saat ia mengatakan itu dengan jari-jari tanganku. Tapi tiba-tiba aku mendengar cerita seperti itu dari Chanyeol.

Aku membuka kedua mataku, disapa oleh banyak bintang warna-warni dilangit-langit kamar. Hatiku sangat pilu. Air matapun tak bisa kutahan lagi, mereka keluar dari mataku tanpa perintah. Rasanya semua yang telah kami lewati terbakar begitu saja menjadi abu, hanya tinggal menunggu angin untuk membawanya pergi.


new chapter, coming soon...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar